Latihan kesenian Bantengan di Ranu Pani. Foto: Dok. Info Lumajang/Rifqi

Kesenian Bantengan dan Fenomena Mberot, Lagi Hits di Kalangan Rakyat

Cerita Kesenian Bantengan

Dalam laman resmi WBTB Indonesia menyebutkan, permainan Kesenian Bantengan dimainkan oleh dua orang yang berperan sebagai kaki depan sekaligus pemegang kepala Bantengan dan satu orang lagi sebagai pengontrol tari Bantengan serta kaki belakang yang juga menjadi ekor Bantengan.

Kostum Bantengan biasanya terbuat dari kain hitam dilengkapi topeng yang berbentuk kepala kepala banteng yang terbuat dari kayu serta tanduk asli banteng. 

Seiring berjalannya waktu banteng khususnya Banteng Jawa semakin langka, maka kepala dan tanduk saat ini dibuat dari kayu sedangkan tanduk dari sapi atau kerbau yang sudah mati.

Disamping kedua pemain utama, terdapat dua orang tambahan sebagai pemegang tali kekang yang berguna untuk mengendalikan pemain Bantengan yang sudah kesurupan.

Pementasan Keseian Bantengan terdiri dari tiga tahap, tapi masing-masing derah punya istilah yang bisa berbeda. Tiga tahapan tersebut yang pertama yakni ritual nyuguh atau sandingan, kedua adalah pementasan meliputi karak’an dan pementasan sampai kesurupan atau ndadi.

Dan tahap yang ketiga adalah nyuwuk dengan tujuan memulangkan arwah leluhur ketempat asalnya. Dalam melaksanakan ketiga tahapan tersebut harus dilengkapi berbagai kelengkapan/persyaratan dalam sebuah pementasan.

Selain itu, pementasan Seni Bantengan dilengkapi dengan iringan musik kendang, jidor, ketipung, peking, saron, demung, gong, kempul, kenong, dan seorang Sinden lengkap dengan panjak. Ada pula sesaji yang terdiri dari kelapa, pisang, ketan, nasi kabuli, rokok, susur, bedak, telur ayam kampung, kembang boreh, kaca, dan uang.