Sanggar Danglung Bima Sena saat tampil di Loemadjang Mbiyen. Foto: Angga/Jatimhariini

Bangkitkan Danglung! Saatnya Musik Asli Lumajang Kembali Bersinar

Info Sukodono - Danglung, seni musik tradisional khas Lumajang, diharapkan kembali mengisi ruang kesenian lokal. Tujuannya agar identitas budaya Lumajang tetap menonjol dan tidak tergeser oleh kesenian dari luar daerah.

Saat ini, muncul wacana pembentukan Kampung Danglung di Desa Klanting, Kecamatan Sukodono. Desa ini dikenal sebagai pusat berkembangnya seni danglung di Lumajang.

Menurut Ifo Alfaro, Ketua Karang Taruna Desa Klanting, ada sekitar lima sanggar danglung aktif di Desa Klanting. Bahkan, hampir setiap RW memiliki grup danglung masing-masing dan rutin berlatih.

"Harapan kami, jika kabupaten mengadakan lomba lebih baik mengangkat danglungnya, ketimbang lomba patrol yang identik dengan daerah lain. Eman, dikira Lumajang tidak punya ciri khas," ungkap Ifo, dilansir dari Jatimhariini.

Menurutnya, agar tidak terjadi perdebatan soal alunan musik danglung yang sesuai pakem, lebih baik mengangkat dunglung kreasi. Dengan begitu, semua seniman bisa ikut berpartisipasi secara bebas dan tetap mengedepankan danglung.

Sanggar danglung di Desa Klanting sudah eksis sejak 2011 dan pernah tampil di berbagai daerah seperti Solo dan Magelang. Ciri khas dari danglung adalah penggunaan alat musik seperti kenong telok, sronen, dan kendang khas Jawa Timuran.

Beberapa sanggar yang eksis di Desa Klanting antara lain Seni Kaliwangan, Sunan Bonang, Doro Puteh, Bima Sena, dan Sunan Kalijaga. Harapannya, semangat pelestarian ini mampu membawa danglung kembali menjadi kebanggaan Lumajang.