
Curhatan Perajin Batik Lumajang, Bertahan di Tengah Sepinya Peminat Ragam
Info Lumajang - Hari Batik Nasional di Lumajang dirayakan sederhana namun meriah di Pendopo Arya Wiraraja, Kamis 2 Oktober 2025. Motif warna-warni terpajang rapi, memikat setiap mata yang hadir.
Di sudut ruangan, seorang perajin bernama Agus tampak sibuk menata lembaran kain karyanya. Tangannya bergerak perlahan, seolah setiap helai batik itu memiliki cerita tersendiri.
"Batik memang tidak akan mati, tapi untuk hidup sulit," ucap Agus sambil melipat kain.
Bagi Agus, batik bukan sekadar pekerjaan, melainkan jalan hidup. Ia menilai batik adalah hasil perasaan yang dituangkan melalui canting, bukan sekadar motif yang bisa dicetak mesin.
Ia menyadari bahwa minat generasi muda untuk membatik kian menurun. Kebanyakan yang meneruskan hanyalah anak-anak dari keluarga perajin, bukan karena panggilan jiwa.
"Membatik itu soal rasa. Jika dia tidak punya rasa, tidak akan mau menghabiskan waktu dengan canting. Kalau anak muda sekarang, sukanya ecoprint," ujar Agus seperti dilansir Kompas.com.
Minat masyarakat terhadap batik juga menurun, ditambah harganya yang relatif mahal membuat eksistensi batik terancam.